PENERAPAN DIABETES SELF-MANAGEMENT EDUCATION PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PELOSOK DESA

 PENERAPAN DIABETES SELF-MANAGEMENT EDUCATION PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PELOSOK DESA

Prof. Dr. Amran Razak, MSc.

(Guru Besar AKK FKM-Unhas)

 PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik kronis, yang muncul sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama. Prevalensi di seluruh dunia diabetes pada orang dewasa sekitar 4,0% pada tahun 1995 dan diperkirakan meningkat menjadi 5,4% pada tahun 2025. Jumlah orang dewasa dengan diabetes di Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 6,9 juta di tahun 2010 menjadi 12 juta di tahun tahun 2030 (Soewondo et al., 2010). DM adalah faktor risiko yang ditetapkan untuk beberapa penyebab kematian, termasuk penyakit jantung iskemik, stroke, penyakit ginjal, penyakit menular, dan beberapa kanker (Brownrigg et al., 2014). WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.

Penyakit DM tipe 2 kini tidak lagi menjadi penyakit elit-perkotaan tetapi telah menjalar ke pelosok desa dengan menjangkiti terutama kelompok tani. Kebiasaan petani bila bekerja di sawah, tanpa alas kaki sehingga mudah terluka misalnya. Hal ini bisa menjadi pemicu meningkatnya keparahan penyakit DM mereka. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang penataan penyakit DM di kalangan petani akan meningkatkan keparahan penyakitnya. Akibatnya, produktivitas mereka pun menurun dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Edukasi terhadap penderita DM tipe 2 dengan menggunakan modul Diabetes Self-Management Education (DSME) di Wilayah Kerja Puskesmas Polongbangkeng Selatan (PKM Polsel) diharapkan dapat membantu pasien dan keluarganya untuk mengatur dan mengendalikan pengobatannya bila diperlukan, agar bisa hidup lebih sehat, apalagi di masa pandemi Covid-19 lebih banyak beraktivitas di rumah (work from home). Penerapan DSME akan memperkuat kesinambungan dan profesionalisme penanganannya.

Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan pada wilayah kerja PKM Polsel, Kabupaten Takalar, berdasarkan studi kualitatif untuk mengungkap fenomena kemandirian pengelolaan penyakit bagi pasien penderita DM tipe-2. Data dikumpulkan melalui 7 kelompok semi-FGD masing-masing terdiri atas maksimal 5 peserta setiap FGD (n=35) sesuai protokol kesehatan. Selain itu dilakukan wawancara mendalam terhadap 2 informan kunci (n=2) terkait dengan kewenangan mereka dalam penatausahaan penyakit DM.

HASIL KEGIATAN

Karakteristik Peserta

Karakteristik demografis peserta DSME DM tipe 2 berupa komposisi umur 51-60 tahun sebanyak 14 orang (40,0 %) dan umur 35 – 50 tahun terdapat 13 orang (37,1 %). Jenis kelamin peserta perempuan dua kali lebih banyak yaitu 24 orang (68,6 %), dibanding peserta laki-laki sebanyak 11 orang (31,4 %). Pendidikan formal peserta terbanyak tamat SMA yaitu 12 orang (34,4 %). Bekerja sebagai petani sebanyak 24 orang (68,6 %).

Salah satu faktor pemicu penyakit DM tipe 2 adalah usia. Proses menua yang berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia tubuh. Salah satu komponen tubuh yang mengalami perubahan adalah sel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin, sel-sel target jaringan yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa. Menurut WHO setelah usia 30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg/dl/tahun pada saat puasa dan akan naik 5,6-13 mg/dl pada 2 jam setelah makan. Umur penderitapun semakin tahun semakin menurun, satu dari lima penderita DM masih berumur dibawah 40 tahun. Penyakit diabetes merupakan ancaman yang serius bagi manusia dan telah menjadi penyebab kematian urutan ketujuh di dunia.(Noviani, 2015)

 Tingkat pengetahuan peserta dan dukungan keluarga

Dalam diskusi semi FGD membahas tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan manajemen diri penderita penyakit DM tipe 2, terungkap bahwa pada umumnya, mereka memiliki tingkat pengetahuan yang memadai terhadap gejala dan penyebab dan upaya menanggulangi  DM tipe 2. Sikap dan keterampilan mengelola DM tipe 2 belum memadai, terlihat dari rendahnya tingkat kepatuhan mereka dalam merawat penyakitnya. Tingkat pengetahuan yang tidak merata tersebut menunjukkan masih rendahnya edukasi manajemen diabetes yang mereka terima. Pengetahuan manajemen diabetes dan efikasi diri adalah faktor penting dalam perilaku pasien (Devchand et al., 2017). Diabetes adalah penyakit yang berat dan kompleks, dibutuhkan membuat banyak keputusan setiap hari tentang makanan, aktivitas fisik, dan obat-obatan, ini juga mengharuskan orang itu mahir dalam sejumlah keterampilan manajemen diri (Davies, 2018).

Studi lain mengenai terkait edukasi juga dilakukan oleh Wicaksana (2010) yang menunjukkan bahwa penerapan DSME memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengelolaan mandiri pasien DM tipe 2 yang meliputi peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan manajemen diri. Edukasi kepada pasien DM tipe 2 penting dilakukan sebagai langkah awal pengendalian DM tipe 2. Edukasi diberikan kepada pasien  DM tipe 2 dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien sehingga pasien memiliki perilaku preventif dalam gaya hidupnya untuk menghindari komplikasi DM tipe 2 jangka panjang (P McGowan, 2011).

 Dukungan keluarga

Dukungan keluarga dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasi. Dari berbagai hasil diskusi semi FGD menunjukkan bahwa keterlibatan keluarga dalam mendukung proses penyembuhan pasien DM tipe 2 cukup baik. Keterlibatan keluarga untuk memberi dukungan secara emosional, memberi penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasi merupakan faktor penting dalam proses penyembuhan pasien DM (Friedman, 2013).

 

PENUTUP

Sebagian besar peserta adalah perempuan dan bekerja sebagai petani, di mana juga  sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) dengan usia 35-50 tahun. Peran ganda mereka menyebabkan timbulnya kendala untuk mengelola penyakit DM tipe 2 yang dideritanya. Penerapan Diabetes Self-Management Education (DSME) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengelolaan mandiri pasien DM tipe 2 yang meliputi peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan manajemen diri.

 

DAFTAR PUSTAKA

Brownrigg, J. R. W., Griffin, M., Hughes, C. O., Jones, K. G., Patel, N., Thompson, M. M.,  & Hinchliffe, R. J. (2014). Influence of foot ulceration on cause-specific mortality in patients with diabetes mellitus. Journal of Vascular Surgery, 60(4), 982-986.e3. https://doi.org/10.1016/j.jvs.2014.04.052

Davies, et.al. Management of Hyperglycemia in Type 2 Diabetes, 2018. A Consensus Report by the American Diabetes Association (ADA) and the European Association for the Study of Diabetes (EASD), American Diatebes Association.

Devchand, Roshni, Christina Nicols, Joanne M. Gallivan, Margaret Tiktin, Heidi Krause-Steinrauf, Mary Larkin, dan Diane M. Tuncer. 2017. “Assessment of a National Diabetes Education Program diabetes management booklet: The GRADE experience.” Journal of the American Association of Nurse Practitioners 29(5):255–63.

Friedman. (2013). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing

McGowan, P. (2011). The Efficacy of Diabetes Patient Education and Self Management Education in Type 2 Diabetes. Canadian Journal of Diabetes, 35(1), 46–53.

Noviani, W. (2015). Laporan pengabdian masyarakat. 20120320065.

Soebagijo et al. (2015). Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia 2015. PB. PERKENI.

Soewondo, P., Soegondo, S., Suastika, K., Pranoto, A., & Soeatmadji, D. W. (2010). The DiabCare Asia 2008 study – Outcomes on control and complications of type 2 diabetic patients in Indonesia. Med J Indones, 19(4), 235–244.

Wicaksana, A. L. (2010). Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME) terhadap Pengelolaan Diabetes Mandiri pada Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Keling Surabaya. Universitas Airlangga.

Leave a Reply